BLITZ MEGAPLEX Schedule Links

Showing posts with label Blog. Show all posts
Showing posts with label Blog. Show all posts

Tuesday, March 31, 2009

Pemerintah Perduli, Jababeka Mendukung, Film Nasional Masih Punya Harapan


Tanggal 30 Maret 2009 kemarin, bertepatan dengan Hari Film Nasional yang ke 59, Direktorat Perfilman Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mengadakan konferensi Pers di Pusat Perfilman Haji Usman Ismail, Kuningan, Jakarta.

Dalam pernyataannya, DepBudPar diwakili oleh Drs. Ukus Kuswara, MM., Direktur Perfilman Nasional, menjelaskan bahwa Pemerintah siap membantu kemajuan dunia perfilman Indonesia selaku regulator dan fasilitator bagi para insan perfilman Indonesia.

Bersamaan dengan konferensi pers ini, disebarkan juga informasi tentang rancangan baru Jababeka, sebuah kompleks megah kawasan industri perfilman dan pertelevisian yang direncanakan akan dibangun di tanah seluas 5600 hektar dan diberi nama Indonesia Movieland!

Baca lebih lengkapnya di blitznews

Tuesday, March 24, 2009

Film-Film Pun Tertunda Tayang di Bioskop


Capek dan kesal menunggu Watchmen main di bioskop? Bukan hanya Watchmen yang mengalami penundaan rilis di bioskop. Beberapa judul film yang sedianya akan rilis sepanjang bulan Maret ini terpaksa diundur, dengan batas waktu yang tidak jelas.

Jangan keburu kesal, semua penundaan tersebut ada alasannya. Berita ini sudah banyak diulas di media massa baik cetak maupun elektronik, tetapi mungkin banyak blitzers yang belum ngeh.

Dengan meledaknya film Ayat-Ayat Cinta, disusul dengan film yang tak kalah fenomenalnya, Laskar Pelangi, mulai nampaklah kebangkitan potensi industri perfilman Indonesia. Pada salah satu acara nonton bareng Laskar Pelangi di blitzmegaplex Grand Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri mengatakan bahwa industri perfilman termasuk dalam industri kreatif yang perlu dikembangkan lagi untuk mendukung perekonomian Indonesia.

Sebelumnya, pada tahun 2007, pemerintah sudah pernah menerapkan kebijakan proteksi pada industri periklanan Indonesia dengan Peraturan Menteri Kominfo No 25/5/2007 tentang Penggunaan Sumber Daya Dalam Negeri untuk Produk Iklan yang Disiarkan Melalui Lembaga Penyiaran. Peraturan ini konon membuat industri periklanan Indonesia berkembang lebih bagus dan segar dengan SDM lokal. Mungkin kesuksesan ini yang mengilhami munculnya peraturan baru, kali ini membidik industri perfilman.

Baca terusannya di blitznews.

Wednesday, March 11, 2009

Minimnya Kisah Laut di Negeri Bahari


Indonesia negeri bahari, tapi anehnya sedikit sekali film Indonesia yang mengisahkan tentang laut atau berlatar belakang laut. Kalaupun ada, biasanya tidak jauh dari pantai, dan bersifat hanya sekedar aksesori saja.

Dalam film Pasir Berbisik, memang syutingnya dilakukan di pantai selatan Jawa Tengah, tetapi dalam film dikisahkan latarbelakangnya adalah di wilayah pegunungan di Jawa Timur. Banyu Biru menampakkan adegan Tora Sudiro berperahu, namun unsur laut tetap tidak dominan dalam film ini. Film berjudul Ruang yang dibintangi Winky dan Luna Maya, bersettingkan sebuah pulau, dan kedua tokoh utamanya sering diperlihatkan berbincang di pantai atau di tepi danau. Dalam cerita Ca Bau Kan ada bagian di mana tokoh Tan Peng Liang yang diperankan Ferry Salim menjadi penyelundup melalui jalur laut, tapi yang diperlihatkan hanyalah bagian saat Tan Peng Liang mendarat di pantai. Saus Kacang berlatar pulau Bali dengan sesekali pantai-pantai Bali sebagai aksesori kisah cinta antara Ahsraff dan Bunga Citra Lestari.

Posisi laut dalam film-film tersebut jelas tak bisa dibandingkan dengan laut dalam film-film asing, Waterworld yang berlatarkan dunia paska kiamat, Pirates of the Caribbean yang berkisah tentang bajak laut nyentrik, JAWS dan Deep Blue Sea yang menumbuhkan phobia pada hiu, dan tak terhitung film-film bencana mulai dari yang romantis macam Titanic, hingga yang mencekam seperti U-571 atau The White Squall.

Baca lebih lanjut di sini.

Wednesday, March 4, 2009

Film vs Jazz dan Event Tahunan

Penggemar musik JAZZ di Indonesia mungkin sudah tidak sabar menanti-nanti akhir pekan ini. Tanggal 6 hingga tanggal 8 Maret 2009, sebuah perhelatan musik jazz bertaraf Internasional digelar di Jakarta. Yang lebih menggembirakan lagi, harga tiket masuk ke venue tahun ini lebih murah dari tahun lalu, begitu juga harga rata-rata tiket untuk event pertunjukan khusus dari musisi Internasional yang menjadi bintang tamu tahun ini. Salah satu bintang tamu yang ditunggu-tunggu adalah Jason Mraz, tiket pertunjukannya sold out dalam waktu singkat!

Antusiasme menyambut Java Jazz ini sangat membanggakan. Java Jazz menjadi sebuah festival bertaraf Internasional yang sukses, mungkin malah gaungnya sedikit lebih gempita dibandingkan festival film tahunan yang juga diadakan di Jakarta: JIFFEST. JIFFEST sudah melewati penyelenggaraan ke 10 kalinya dan sempat terasa terseok dan kembang kempis perkembangannya, walaupun peminatnya selalu bertambah dari tahun ke tahun.

Memang kedua festival ini merupakan mahluk yang sangat berbeda, tidak mungkin membandingkan keduanya. Tapi, mungkinkah menyandingkan keduanya? Sebuah festival film dan musik jazz , dengan taraf dan standar internasional, dalam sekian hari rangkaian event yang menakjubkan!

Baca lebih lanjut di sini...

Friday, August 29, 2008

Film Tintin dalam Produksi



Gemar dengan komik Tintin? Serial ciptaan Georges Remi yang menggunakan nama pena Herge ini popular di seluruh dunia, juga di Indonesia. Semenjak tahun lalu seluruh seri Tintin diterbitkan ulang oleh penerbitan terbesar di Indonesia. Karakter utamanya Tintin adalah seorang wartawan muda dari Belgia, yang berpetualang ke seluruh dunia memecahkan berbagai misteri, dengan ditemani anjingnya yang berwarna putih, Snowy.
Semenjak bulan April lalu terdengar kabar bahwa Amblin Entertainment hendak membuat film live-actionnya dalam bentuk film layar lebar berseri.

Berita lebih lanjut yang tentunya lebih seru, bisa dilihat di sini

Monday, August 4, 2008

Java Jive di Panggung blitz Cafe Grand Indonesia!

Java Jive tampil di blitz Cafe Grand Indonesia hari Jumat tanggal 1 Agustus 2008. Mempromosikan album baru mereka Stay Gold, Java Jive malam itu membawakan 5 lagu: tiga lagu lama penuh nostalgia, dan dua lagu baru dari album Stay Gold.

Acara yang dimulai pukul 19.30 WIB ini gratis. Malam berikutnya, Sabtu tanggal 2 Agustus 2008, Java Jive tampil kembali di panggung blitz. Kali ini di outdoor stage blitz Paris van Java Bandung.

Selain menikmati acara mini launching album Stay Gold dari Java Jive, penonton juga menikmati barblitzque, makan sepuasnya hanya dengan 50 ribu rupiah.

Tuesday, July 8, 2008

JIFFEST, Lima Bulan Lagi!

Memang masih 5 bulan lagi, tapi tahun ini masuk tahun kesepuluh Jakarta International Film Festival diadakan. Bernuansa agak Indie di tahun-tahun awal penyelenggaraannya, Yayasan Masyarakat Mandiri Film Indonesia mengambil momentum yang pas dengan semangat reformasi untuk mengubah cara masyarakat Indonesia dan Internasional dalam memandang perfilman diIndonesia. Sekarang? Reaksi yang muncul saat mendengar JIFFEST beraneka ragam.

Karena upaya perbaikan kualitas terus menerus selama satu dekade berlangsung, ada yang berpendapat JIFFEST sekarang menjadi sangat komersil dan semangatnya tidak lagi semerakyat dulu, padahal dalam segi industri perfilman tidak ada salahnya menjadi sangat komersil. Ada juga yang tidak tertarik lagi pada JIFFEST karena menganggapnya menjadi membosankan, sudah tidak seru lagi dengan berbagai alasan. Tapi tetap banyak penikmat film yang antusias menyambut JIFFEST setiap tahunnya. Pada tahun pertama penyelenggaraannya, JIFFEST mempertunjukkan 65 judul film dan menyedot 18 ribu penonton dalam 8 hari penyelenggaraannya. JIFFEST tahun lalu: judul film yang dipertunjukkan mencapai 180, dan festival dihadiri 54 ribu penonton selama 10 hari penyelenggaraan. JIFFEST masih merupakan festival film internasional terbesar di Asia Tenggara. Ini jelas merupakan pencapaian yang tidak kecil.

Kenyataan bahwa JIFFEST masih bertahan di penyelenggaraan kesepuluh kalinya tahun ini merupakan sebuah prestasi tersendiri yang patut mendapat penghargaan. Selain penayangan film-film kelas festival internasional dari berbagai negara, dalam rangkaian acara diadakan juga berbagai diskusi, pameran, kompetisi dan workshop yang berkaitan dengan film, di mana disediakan juga waktu pertunjukan khusus untuk hasil workshop yang terkait. Sayangnya masih sedikit jumlah film Indonesian bermutu yang berdurasi panjang maupun pendek yang bisa ditayangkan selama JIFFEST. Jumlah yang terus berusaha didongkrak oleh berbagai pihak antara lain dengan diadakan kompetisi bertingkat nasional oleh perusahaan rokok, dan juga oleh YMMFI dalam rangkaian acara JIFFEST.

Dengan jumlah produksi film di Indonesia yang semakin meningkat saat ini, disertai dengan upaya peningkatan apresiasi terhadap film produksi lokal, bukan tak mungkin beberapa tahun mendatang, JIFFEST bisa disejajarkan dengan Sundance, atau bahkan Cannes.

Monday, June 30, 2008

Apresiasi Ekstra Pada Film

==Makin Gaul Makin Untung==
Ini pasti pernah terjadi: di auditorium, saat sedang duduk menikmati film, di sebuah adegan mendadak orang bereaksi dengan berkata “wow”, atau “GILA!” atau malah bertepuk tangan dan bersorak. Lho? Apa yang terjadi? Apa ada yang terlewat? Kenapa orang-orang nampak senang sementara kita nggak merasa ada yang pantas disoraki?

Keterbatasan pengetahuan memang bisa agak menghalangi menikmati sebuah film dengan maksimal. Nonton Incredible Hulk misalnya, karena ceritanya diambil dari serial komik yang sudah lama, dan dengan penulis cerita beraneka versi, biasanya banyak unsur cerita yang dipangkas atau diselip-mampatkan karena dianggap kurang penting untuk menambah waktu tayang. Kadang-kadang hal tersebut dilakukan secara kurang tepat (atau mungkin kita saja yang tidak tahu) sehingga tanpa sadar ada greget yang hilang saat menonton filmnya.
Kalau mengaku sebagai pecinta film, tentunya hal semacam ini mengganggu. Sudah capek-capek pergi, mahal-mahal beli tiket, tapi nggak ngerti serunya di mana. Apalagi kalau nonton bareng pacar atau kecengan, terus mereka nanya juga ke kita: “Apa sih? Serunya di mana sih?” Terutama bila film yang ditonton adalah

1. film franchise lama, misalnya: Batman, X-File, Star Wars, Jurassic Park, dst,
2. atau film tersebut memiliki banyak referensi budaya pop, misalnya Juno, Sex and the City, Kung Fu Panda,
3. pun atau film tersebut serius benar mendekati “art” misalnya: Fiksi, Mereka Bilang Saya Monyet, Opera Jawa, The Red Balloon, dst.

Dari yang paling gampang sampai yang agak niat, berikut ini cara instan supaya bisa lebih asik menikmati film, kelihatan keren karena tahu segala macem:
1. Cari saja teman yang maniak sekali dengan tema spesifik yang ada dalam film tersebut, dan ajak mereka membahas habis-habisan film yang pengen kamu tonton itu. Tentunya bahasnya nggak di dalem bioskop pas nonton karena bisa mengganggu penonton lain.
2. Sering-sering periksa bagian news dan review www.blitzmegaplex.com dong!
3. Buka IMDb dan cari detil film yang diinginkan.

Saya pribadi lebih sering menggunakan metode pertama, karena penggemar yang setia biasanya sudah bagaikan ensiklopedia berjalan. Saya punya beberapa teman nonton andalan: ada yang suka nonton film festival dan film Indie yang sangat cocok untuk jadi teman diskusi waktu nonton film art yang “susah”. Ada yang maniak sekali dengan buku mulai dari komik Amerika sampai sastra Cina segala jenis sudah dia baca dan dia sering mengisi bolongnya pengetahuan saya untuk beberapa jenis genre tertentu yang diadaptasi menjadi film. Ada yang sangat rasional dan cool, dan hanya dengan dialah saya berani nonton film romantis atau horor. Biasanya sebelum atau setelah nonton kami nongkrong dulu di Smoking Lounge, membahas film yang baru kami tonton. Yang belum saya temukan adalah teman yang bisa membantu saya sungguh-sungguh mengapresiasi film Indonesia.
Kalau kamu?