BLITZ MEGAPLEX Schedule Links

Monday, June 30, 2008

Apresiasi Ekstra Pada Film

==Makin Gaul Makin Untung==
Ini pasti pernah terjadi: di auditorium, saat sedang duduk menikmati film, di sebuah adegan mendadak orang bereaksi dengan berkata “wow”, atau “GILA!” atau malah bertepuk tangan dan bersorak. Lho? Apa yang terjadi? Apa ada yang terlewat? Kenapa orang-orang nampak senang sementara kita nggak merasa ada yang pantas disoraki?

Keterbatasan pengetahuan memang bisa agak menghalangi menikmati sebuah film dengan maksimal. Nonton Incredible Hulk misalnya, karena ceritanya diambil dari serial komik yang sudah lama, dan dengan penulis cerita beraneka versi, biasanya banyak unsur cerita yang dipangkas atau diselip-mampatkan karena dianggap kurang penting untuk menambah waktu tayang. Kadang-kadang hal tersebut dilakukan secara kurang tepat (atau mungkin kita saja yang tidak tahu) sehingga tanpa sadar ada greget yang hilang saat menonton filmnya.
Kalau mengaku sebagai pecinta film, tentunya hal semacam ini mengganggu. Sudah capek-capek pergi, mahal-mahal beli tiket, tapi nggak ngerti serunya di mana. Apalagi kalau nonton bareng pacar atau kecengan, terus mereka nanya juga ke kita: “Apa sih? Serunya di mana sih?” Terutama bila film yang ditonton adalah

1. film franchise lama, misalnya: Batman, X-File, Star Wars, Jurassic Park, dst,
2. atau film tersebut memiliki banyak referensi budaya pop, misalnya Juno, Sex and the City, Kung Fu Panda,
3. pun atau film tersebut serius benar mendekati “art” misalnya: Fiksi, Mereka Bilang Saya Monyet, Opera Jawa, The Red Balloon, dst.

Dari yang paling gampang sampai yang agak niat, berikut ini cara instan supaya bisa lebih asik menikmati film, kelihatan keren karena tahu segala macem:
1. Cari saja teman yang maniak sekali dengan tema spesifik yang ada dalam film tersebut, dan ajak mereka membahas habis-habisan film yang pengen kamu tonton itu. Tentunya bahasnya nggak di dalem bioskop pas nonton karena bisa mengganggu penonton lain.
2. Sering-sering periksa bagian news dan review www.blitzmegaplex.com dong!
3. Buka IMDb dan cari detil film yang diinginkan.

Saya pribadi lebih sering menggunakan metode pertama, karena penggemar yang setia biasanya sudah bagaikan ensiklopedia berjalan. Saya punya beberapa teman nonton andalan: ada yang suka nonton film festival dan film Indie yang sangat cocok untuk jadi teman diskusi waktu nonton film art yang “susah”. Ada yang maniak sekali dengan buku mulai dari komik Amerika sampai sastra Cina segala jenis sudah dia baca dan dia sering mengisi bolongnya pengetahuan saya untuk beberapa jenis genre tertentu yang diadaptasi menjadi film. Ada yang sangat rasional dan cool, dan hanya dengan dialah saya berani nonton film romantis atau horor. Biasanya sebelum atau setelah nonton kami nongkrong dulu di Smoking Lounge, membahas film yang baru kami tonton. Yang belum saya temukan adalah teman yang bisa membantu saya sungguh-sungguh mengapresiasi film Indonesia.
Kalau kamu?

Sunday, June 29, 2008

Taken: Ledakan Murka Ayah

Dear Readers,
Nama Pierre Morel bisa jadi asing bagi kita, tapi tentunya pernah dengar nama Luc Besson, sutradara film La Femme Nikita, dan juga Fifth Element. Cerita yang ditulis oleh Luc Besson bersama Robert Mark Kamen ini dibesut dengan baik oleh Pierre Morel. Plot ceritanya sangat biasa namun penceritaanya lebih dari sekedar film aksi berbau espionase.

Liam Neeson sangat pas memerankan Bryan, lelaki paruh baya yang nampak biasa-biasa namun sebetulnya menyimpan masa lalu yang cukup kelam. Putri Bryan yang sudah remaja meminta izin liburan ke Eropa hanya dengan sahabat karibnya. Berat hati sekali Bryan membolehkan Kim pergi.

Ternyata firasat Bryan benar. Sesampainya di Perancis, Kim dan sahabatnya diculik oleh mafia Albania dan hendak dijual sebagai pelacur.

Dari sinilah aksi sesungguhnya dimulai. Masa lalu Bryan yang kelam itu adalah profesinya sebagai agen rahasia. Walaupun sampai akhir tidak jelas agen rahasia dari badan apa dan di mana, namun keahlian yang dimiliki Bryan rupa-rupanya sangat mengerikan. Ibarat pepatah membangunkan Singa tidur, ketika si penculik mencemooh permohonan Bryan untuk mengembalikan putrinya, hal ini sepertinya justru melepas monster dalam dirinya, yang tidak akan berhenti sampai putrinya selamat kembali ke rumah.

Dalam skala satu sampai sepuluh aksi dalam film ini mungkin bisa masuk kategori 8. Tentunya jangan membandingkan dengan gelegar gempita Incredible Hulk, walaupun skala kemurkaan yang dipertunjukkan Liam Neeson untuk peran Bryan mungkin setara dengan kemurkaan yang dipertunjukkan oleh Tim Roth untuk peran Emil Blonsky.

Dalam hal kemuraman cerita saya jadi ingat trilogi Bourne, walaupun memang Taken masih berkisah dalam plot yang sederhana. Film ini cocok untuk pacaran karena bahkan cewek pun masih bisa menikmati sisi dramatis dari film aksi ini. Hanya di blitzmegaplex.
Thank you, Reader.

Get Smart: Ini Memang Bukan Johnny English

Dear Readers,
Walaupun Get Smart ini sebetulnya diangkat dari seri film aksi komedi berjudul sama yang populer di tahun 1960an, jangan cemas kalau merasa tidak mengenalinya. Serial tersebut pernah sejenak ditayangkan TVRI di awal tahun 80an, tapi sepertinya kalah kondang dengan Hunter atau Manimal atau The A Team.

Memasang Steve Carell sebagai Maxwell Smart si agen rahasia yang antara tolol dan kikuk, berpasangan dengan Anne Hathaway sebagai Agent 99 yang cantik dan serba bisa, film ini menjanjikan kelucuan yang tidak separuh-separuh.

Ceritanya juga sebetulnya tidak terlalu rumit, Maxwell Smart sebetulnya adalah pekerja di belakang meja untuk sebuah badan penangkal kejahatan bernama CONTROL. Kejahatan yang dimaksud adalah si musuh bebuyutan, badan penyebar kekacauan bernama KAOS. Suatu hari semua identitas agen lapangan CONTROL tersingkap, yang artinya agar tidak ketahuan saat berusaha menghentikan KAOS, sang Chief (Alan Arkin) harus mengirim orang baru.

Max yang culun mendapat predikat Agen 86, dipasang berdampingan dengan Agen 99 yang selamat dari penyingkapan identitas karena dia baru saja operasi plastik total. Dari sini saja sudah lucu... misalnya kita jadi ragu apakah si Agen 99 ini betulan cewek atau tadinya cowok? Sudah begitu pemerannya adalah Anne Hathaway yang cantik, dan kelihatan keren sekali di film ini karena melakukan berbagai aksi dengan sepatu hak tinggi.

Jangan menyamakan film ini dengan Johnny English yang merupakan spoof James Bond-nya Ian Flemming, karena Maxwell Smart bukan orang Inggris, dan dia bukan womanizer seperti halnya Bond. Smart a la Carell juga tidak sepenuhnya ceroboh seperti halnya English, tetapi memang belum terbiasa beraksi di lapangan karena sebelumnya ia hanya ahli analis semi kutu buku yang duduk terus di belakang meja. Kalau aksi ceroboh English kadang membuat kita jengah dan malu karena masih terasa tipikal Mr. Bean, Smart yang lebih polos membuat kita iba, oh... hanya sedikit... selebihnya kita hanya akan tertawa terbahak-bahak atau minimal nyengir.
Peter Segal sang sutradara film adalah veteran film-film Adam Sandler antara lain "The Longest Yard," "50 First Dates" dan "Anger Management". Tema komedi bukan apa-apa untuknya. Yang asik, adegan aksi dalam film ini berhasil dibesutnya dengan baik.

Patut diperhatikan akting Dwayne Johnson alias the Rock yang memerankan Agen 23, agen lapangan yang keren dan menjadi panutan Maxwell Smart. Film ini menambah poin bagus untuk CV the Rock dalam dunia akting. Perhatikan juga munculnya Masi Oka, si Hiro Nakamura-nya Heroes.
Film yang sangat menghibur untuk dinikmati di saat suntuk atau di akhir pekan.
Thank you, Readers.

Sex and the City: Panduan Memahami Wanita Masa Kini

Dear Readers,
Tidak bisa dibantah lagi, generasi awal millennium ini, terutama yang berkelamin perempuan, pasti kenal Carrie Bradshaw dan ketiga sahabatnya. Serial yang mengisahkan hidup keempat lajang di Manhattan, New York ini selama bertahun-tahun menjadi panduan wanita muda manapun dalam menjalani hidup berkarir, bersosial, dan … berasmara tentunya.

Film Sex and the City benar-benar dimaksudkan sebagai obat rindu para penggemar serialnya. Mungkin untuk mempertahankan pesona yang sama dengan serialnya, film Sex and the City menampilkan selain cast asli, juga menggunakan penulis asli, sutradara lama, bahkan beberapa kru dari tim yang bekerja untuk serialnya. Dan hasilnya?

Bukan hanya Carrie, Samantha, Charlotte dan Miranda yang bereuni setelah empat tahun semenjak serialnya berakhir. Saat saya pergi menonton, auditorium penuh dengan cewek-cewek penggemar SATC yang penuh dengan semangat reuni. Tak sedikit yang datang berkelompok dengan teman satu geng, kompak pula dengan dress code tertentu. Sementara itu, hanya sedikit cowok yang nampak. Setidaknya yang straight. Itu pun datang menonton sepertinya karena terpaksa menemani pacar (atau bahkan adik perempuannya!).

Kisahnya masih meneruskan cerita serialnya. Carrie akhirnya akan menikah dengan Big, Miranda sudah menikah dengan Steve, Charlotte yang paling romantis memutuskan mengadopsi anak perempuan, sementara Samantha rela bolak-balik dari Malibu ke Manhattan demi pacarnya yang berondong, bintang film, dan seksi.

Plot cerita dalam film ini masih seputar keempat karakter utamanya, jadi ada empat kisah yang saling menjalin dan memiliki klimaks dan anti klimaks masing-masing. Rencana pernikahan Carrie terancam berantakan, Steve yang selingkuh dari Miranda, kehamilan Charlotte, dan tentunya kisah Samantha yang biasanya agak susah terikat pada hanya satu lelaki untuk jangka waktu yang kelewat lama. Ini yang membuat film ini berdurasi hingga 2 jam setengah. Menakjubkan karena film dengan sebegitu banyak jalinan kisah bisa disampaikan penuh dengan humor selain keharuan yang menyentuh di beberapa bagian.

Untunglah! Selain kelucuannya, untuk pemula yang sebelumnya tidak pernah mengikuti cerita serialnya dan menonton film ini, sang sutradara dengan baik hati merangkum poin-poin penting kisah empat sekawan ini di awal film.

Yang perlu diperhatikan adalah penampilan Jennifer Hudson si Dream Girl sebagai asisten Carrie yang dilanda masalah asmara, Candice Bergen sang Murphy Brown sebagai Enid Frick, sejenis Bos yang mengenakan barang-barang Prada.

Durasinya memang lama, saya sudah bilang belum? Buat yang tidak tahan nonton film lama-lama, beranikan diri dan ikuti saja arus alur ceritanya. Setelah nonton film ini, dijamin kamu akan tahu segala macam tetek bengek yang penting di dunia wanita modern.
Thank you, Reader.

Tuesday, June 24, 2008

Event @ Paris Van Java , Blitzmegaplex - Bandung

Dear Readers,

Some of the photos from Events (Nonton Barang - Watch together Euro Cup) at Paris Van Java, Blitzmegaplex, Bandung.

Dewi Sandra on Stage...

Supporters...
Wow...
DS...close up


Hmm..Ok...

Models....
Other artists..

Dance...Dance....Dance...
Relax...
Thank you, Readers.

Monday, June 23, 2008

Hulk....

Dalam Incredible Hulk, Dr Bruce Banner masih buron, karena Jenderal Thaddeus 'Thunderbolt' Ross yang sekaligus ayah kekasihnya Elizabeth "Betty" Ross, masih memburunya tanpa ampun. Ini karena Dr Banner bisa berubah menjadi monster apabila timbul emosi berlebihan akibat sebuah kecelakaan percobaan, dan sang Jenderal Ross ingin memanfaatkan kekuatan monster itu untuk kepentingan militer.

Dalam sebuah tim khusus yang dikirim Jenderal Ross untuk memburu the Hulk adalah sang prajurit Emil Blonsky, yang mengajukan diri sebagai kelinci percobaan menciptakan "prajurit super". Ternyata percobaan tersebut juga gagal. Blonsky pun berubah menjadi monster besar, the Abomination, yang sayangnya tidak bisa berubah kembali menjadi manusia seperti halnya the Hulk. Amarah Abomination lantas diarahkan seluruhnya kepada militer, dan juga the Hulk.

Ketika film ini diumumkan akan dibuat, sambutan yang muncul adalah hangat suam-suam kuku saja karena dianggap sebagai sekuel The Hulk. Walaupun The Hulk (2003) bukanlah film yang gagal, kehadirannya tidak menimbulkan greget kepuasan dari para penggemar karakter The Hulk. Tetapi Incredible Hulk bukanlah film sekuel film The Hulk. Kalau dalam The Hulk Ang Lee lebih menitikberatkan pada sisi drama dan psikologi si monster hijau, dalam the Incredible Hulk, Louis Leterrier ingin menunjukkan lebih banyak eksyen.

Maka, jangan terkejut melihat Hulk kali ini nampak lebih mengerikan, lebih pemarah, lebih sakit jiwa dibandingkan Hulk versi Ang Lee. Keseluruhan film terasa lebih gelap dan suram. Penggemar Hulk akan merasa bahwa kali ini karakter si raksasa hijau lebih realistik dan mendekati karakter dalam komiknya. Yang jelas, dalam film ini animasi CGI Hulknya lebih sangar. Kehancuran yang ditimbulkan monster-monster raksasa di film ini juga lebih edan! "Wow!" akan terucap berkali-kali sepanjang film karena adegan eksyen yang mutakhir.

Pilihan aktor-aktor yang berperan dalam film ini terasa pas. Bruce Banner a la Edward Norton nampak lebih tertekan daripada versi Eric Bana. Ini mungkin karena pengalaman Norton pernah bermain dalam Fight Club. Sementara itu banyak yang bilang William Hurt membuat Jenderal Thunderbolt Ross terlihat kurang obsesif, tapi tetap secara fisik dan akting Hurt lebih pas untuk peran Jenderal musuh bebuyutan Hulk ini daripada Sam Elliott.

Tim Roth adalah aktor yang sangat prima, memberikan Emil Blonsky yang sepadan bersanding dengan Bruce Banner-nya Norton. Yang agak mengecewakan mungkin Liv Tyler karena tidak bisa memberikan warna lebih kepada Betty Ross meskipun pergantian wajah Betty Ross dari Jennifer Connely ke Tyler memang memberikan sedikit kesegaran.

Adegan paling top tentu saja di klimaks saat Hulk terjun dan berhadapan langsung dengan Abomination dalam pertarungan satu lawan satu yang membuat dada ikut bergemuruh menyaksikan penghancuran daerah perkotaan. Untung saja pada adegan pertarungan ini Louis Leterrier tidak banyak melakukan pengambilan gambar close shot seperti yang terjadi pada film Transformers, sehingga kita tidak harus merasa sedikit pusing mengikuti gerakan super cepat jarak dekat dan bisa menikmati adegan pertarungan dengan maksimal.

Kalau kamu suka membaca komik Marvel, pecinta Hulk, atau pernah mengikuti serial TV Hulk yang dulu diputar di Stasiun TV swasta Lokal setiap Sabtu sore, maka film The Incredible Hulk adalah film yang wajib tonton. Banyak detil-detil yang sengaja ditampilkan Leterrier sebagai persembahan bagi para penggemar Hulk. Jangan lewatkan cameo-cameo yang dijamin akan membuat bersorak!

Thank you, Readers.

Thursday, June 12, 2008

The Happening: Nearly Totally Gory

So you've seen The Village and go "meh", and then you saw "Lady in the Water" and you thought, "Such a pity, after Signs this guy has completely lost his ability to horrorize". HAH! So why should you give him another chance, right?

I decided to give The Happening a chance. The film is set to be "A paranoid thriller about a family on the run from a natural crisis that presents a large-scale threat to humanity". The posters give hints on what possibly seemed like mysterious mass death. One even has "Don't look for the answer, it's already too late" tag on it. Filled with caution, I entered the auditorium, bearing a tremendous sense that I'd be disappointed and went "Peh" after the 90 minutes of the film.

Well I didn't. And my date wasn't disappointed either.

The story follows Elliot Moore (Mark Wahlberg), a high school science teacher, his cute but morose wife Alma (Zooey Deschanel), their friend Julian the math teacher (John Leguizamo), and Julian's daughter Jess (Ashlyn Sanchez).

The film opens with something really freaky happening in New York City. Terorist attack, they say. Panic spreads all the way to Philadelphia, Elliot and the gang decided to fled the city to somewhere they thought to be safe. Terorist attacks won't happened in smaller insignificant cities... Well, since this is a paranoid thriller, guess what, nowhere is safe.

Soon enough after our heroes left Philly, what happened in New York also happened in Philadelphia. People are dropping dead like flies after a Baygon frenzy. And sure enough, the happening starting to spread to smaller insignificant cities. The characters in the film are smart enough. Ok, avoid smaller cities then, keep on the road with the happening pressing behind them. But the happening is much more persistent then they thought. It haunts their track and closes down any chance of escape.

As there are no adequate explanation on the event of the happening, it frustrates Elliott, and the audience. They kept running and running avoiding this happening, and the audience might find themselves also running... out of patience.

If you're expecting a glorious ending, don't. Shyamalan is not known for making a glorious ending or making heroes out of his character. There's always a twist. And in this film the twist starts from the very beginning up to the very end.

Some might find themselves resenting this film, but Shyamalan didn't give empty promises. he delivers the film and really did what he set out to do. In that aspect, this film rocks!

1. Music Score, Ost and SFX: AWESOME! You will really hate it when you started to hear the scream and the wind blowing. Think of how you hate Anton Chigurrh in No Man's Land. The fact that you can't personified the object of this hatred, you'll just simply freaked out.

2. Actors: Outstanding. You'd feel like drinking some exquisite broil of herbs. Every actor are handpicked down the last unnoticeable guy in the background who dropped dead... nah am kidding. But it's an array of good actors playing.

a. Mark Wahlberg is apparently a good actor. Elliott Moore is a difficult one to play, he's a regular guy with a lot of tendency of being a loser, but nonetheless, he's the main character in this film so in a sense he's the hero. A hero that's not heroic. I'd love to see Will Smith trying to beat this one in Hancock. Trivia: Check The Sixth Sense and note the guy who shot Malcolm Crowe. Hotness in the gene there.

b. Zooey Deschanel usually plays a lovable character and in this film, she pulls it off as Alma Moore. You'll hate her, and then you'll think she's cute, and then you have another second thought about three or five times. All of these reaction from you in just 90 minutes span. Rachel Bilson should learn from Zooey Deschanel.

c. John Leguizamo. I still can't figure out why he shines so bright in his every supporting actor role, and suck sooooo deeep if put in the main role. This film is no exception. People should give this guy an Oscar already, PLEASE!

d. Betty Buckley: The woman in the last 30 minutes of the film. See her. Admire her. Incredible facial expression. Depth. IMDb her. I did. I feel so bad for not knowing who she was.
***spoiler****

e. Careful.... it's M. Night Shyamalan himself as Joey. He's just got to be in his own film somehow. Hahah.

3. Story Plot: It's said on the poster. "Don't look for the answer, it's already too late". You won't get answers here. You just bear The Happening from start to end and starting to feel sheepish whenever the wind blows. Feeling lack of conclusions? You won't get any, it's meant to inject that dose of paranoia in you.

4. Editing and Directing: Cool. Shyamalan wrote and direct this film. Pretty Gory too.
There... I can not suggest anything but for you to watch this film on your own risk.
As for the rating, fFive stars from me because I don't usually like horror flick in whatsoever form.

Thank you , Readers.

Telah Berpulang


Menyusul Sophan Sophiaan yang berpulang ke rahmatullah, sutradara terkenal Sydney Pollack meninggal pada usia 73 tadi malam karena penyakit kanker.

Sydney Pollack menyutradarai film-film terkenal , seperti The Interpreter, Tootsie, The Firm, The Way We Were, dan Out of Africa yang memenangkan dua piala Oscar tahun 1986.

Selain menyutradarai film, Pollack juga sering muncul dalam peran kecil dalam layar, misalnya sebagai Marty Bach dalam Michael Clayton. Penampilan terakhir Pollack dapat ditonton dalam film Made of Honor yang akan muncul di bioskop bulan Juni mendatang. Di sana Pollack memerankan ayah tokoh Tom Bailey-nya Patrick Dempsey.

Wednesday, June 11, 2008

Shutter: Now You See Pacey, Now You See Ghost

(article in Bhasa Indonesia)
Shutter sebetulnya adalah film re-make dari horor buatan Thailand berjudul sama. Mungkin karena di Amerika yang banyak dikenal adalah film re-make dari horor produksi Jepang, maka Shutter produksi ini dibuat beraroma Jepang. Agar semakin kental aroma Jepangnya, sutradara dan penata gambar untuk film ini pun diboyong dari Jepang, Masayuki Ochiai. Tak kurang sang penata gambar adalah Katsumi Yanagishima yang sering bekerja bersama Takeshi Kitano, sutradara yang terkenal membuat film-film "disturbing", walaupun di Indonesia ia lebih dikenal sebagai orang lucu berkat acara TVnya "Takeshi Castle".

Plot cerita Shutter tidak banyak diubah: Pasangan suami istri muda sedang berada dalam sebuah perjalanan saat mobil yang mereka tumpangi mendadak menabrak seorang gadis yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Sepertinya gadis itu mati... tapi saat pasangan ini keluar dari mobil dan mencari jenazahnya, mayat si gadis lenyap tak berbekas.

Pasangan tersebut meneruskan hidup mereka, tapi hal aneh mulai terjadi. Si suami yang fotografer menjepret banyak foto, dan di tiap foto nampak bayangan putih aneh. Kalau dicermati bayangan putih aneh itu ternyata seperti wajah, dan lebih seram lagi, itu wajah seorang perempuan. Si istri langsung yakin kalau itu adalah arwah si gadis yang menghantui mereka karena dendam. Si suami yang skeptis tidak percaya pada fenomena hantu. Jadi, sebetulnya apakah bayangan putih itu?

Shutter meramu thriller dengan misteri sebaik mungkin. Warna gambar yang kelam dan kadang kala penuh distorsi, khas Jepang, membuat bulu kuduk berdiri. Unsur seram dari film ini juga bergantung pada tingkat keterkejutan penonton, khas genre film thriller. Efek suara yang menemani akting para pemainnya juga memperkuat efek kaget yang dimaksudkan.
Film ini cocok sekali untuk pacaran. Buat cowok-cowok, bisa juga membawa cewek kecengan kamu nonton film ini berdua saja. Kalau kecengan kamu menolak, rayuan yang bisa dipakai adalah "Kamu tahu Dawson's Creek nggak? Pacey main di sini lho." Dijamin manjur, karena Joshua Jackson jarang muncul main film, nonton Shutter bisa sekaligus melepas kangen pada akting Joshua Jackson.
-
(article in English)
Shutter is actually a re-make of a Thai horror flick with the same title. Perhaps because Japanese horror is a much bigger thing, the Hollywood version of this film is produced with a heavy Japanese accent. For example, by using a Japanese director Masayuki Ochiai, with gorgeous cinematography by Katsumi Yanagishima, who shot most of Takeshi Kitano's films in Japan. Kitano's a famous director who often delivers disturbing films, yet in Indonesia he is only famous as the funny guy behind the famous TV show "Takeshi's Castle".
Not much changes are made to the plot in Shutter: A young couple is in a driving trip when suddenly running over a girl who appears from nowhere. The girl is seemingly dead, but when they turn over to check there are no traces of the corpse.

Leaving this bad experience behind, the young couple continues their live up to the point where strange white blurs begin to appear in the husband's photography works. The blur actually made up a face of a girl. The young wife is convinced that this is the dead girl they ran over, coming to haunt them with a vengeance. The sceptical husband doesn't buy this spectre phenomenon as an explanation. So what is this white blur in the photos?

Shutter mixes thriller with mystery as neat as it could. The dark hazy colours, sometimes with distorted images, is a typical Japanese style horror, giving your pulse a jumpstart every now and then. Like its fellow Thriller genre films, it really gives the audience a thrill. The sound effect backing up the actors acting is really giving a boost on the "jumped up scared" thrill.
This will make a good date film. Guys, you can use the scare advantage, so bring your girlfriend to see this film. If they say no you can always say "You know Dawson's Creek? Pacey plays in this film." Which will bound to work at some level. We hardly see Joshua Jackson on the big screen anymore, so catching him acting in Shutter might help with the nostalgia a bit.
Thank you, Readers.

Blitz Megaplex @ Pacific Place

Hi Readers,

I happen to visit Blitzmegaplex at One Pacific Place Mall, SCBD, Jakarta, Indonesia. This is "High End" mall.This mall is in the middel of the Sudirman Central Business District (SCBD) next the Jakarta Stock Exchange.Cineplex is on the 6th floor.
On the 6th floor they also have kidzania (kids theme park). Mall have totally 6 floors, filled with lot of resturant and food places on 4th and 5th floor. Mall also have Ritz Carlton's service apartment on the east side.
Here are some of the photos taken during my latest movie visit.

Blitz Cafe...


Mall... Cafe...and smoking lounge..velvet lounge below...Thank you, Readers.

JS

Monday, June 9, 2008

Blitz Megaplex @ GI - Satin

Dear Readers...

I had chance to visit Blitzmegaplex Satin Lounge @ Grand Indonesia (GI), Jakarta, Indonesia. It is very exclusive lounge for movie goers. Here are some of the photos (taken using my HP) for your reference.

From the elevator...on the way to the satin lounge. All the regular class entrance are from the Lower Level (8th floor, West Mall, Grand Indonesia, Jakarta, Indonesisa) and the Satin Lounge is on the upper level.
Nicely arranged Movie Merchandising Store in the lower level.


Sitting area in the Satin Lounge...plenty... ya


On the way to the lounge...look at the pixels on the wall...nicely done.



From the other side of the (cafe side) satin lounge.

Hanging cones...from the elevator...



Some event prepartion is going on. Far end is the stage...

Concession area on the lower level.

Nice view of Jakarta City :).
Thank you, Readers.
JS



































































Friday, June 6, 2008

Apakah Hollywood Sudah Kehabisan Ide?

Apakah Hollywood kehabisan ide?
Untuk yang doyan nonton film, suka gossip film, tapi males atau nggak ada waktu Googling kiri kanan setiap hari, di sini ada sedikit bocoran tentang film yang bakalan dibuat sequelnya.
The Brazilian Job. Sambungan dari film eksyen The Italian Job (2003) yang dibintangi Mark Wahlberg. Dijadwalkan keluar tahun 2009, sebagian besar aktor lama akan kembali bermain, dan masih akan disutradarai oleh F. Gary Gray.


National Treasure 3. Meskipun dibilang tembakan Indiana Jones, toh film ini sukses jalan terus. Dijadwalkan muncul 2011, 3 tahun lagi.


Crank 2: High Voltage. Bisa dikategorikan ke film kelas B tapi sangat menghibur, Jason Statham kembali sebagai Chev Chelios, Juli ini mulai shooting dan filmnya dijadwalkan muncul 2009.


Transporter 3. Waduh, Jason Statham lagi. Belum ada tanggal pasti, kemungkinan besar Statham marathon dari pembuatan Crank ke pembuatan film ini.


Silent Hill 2. Yang pertama menuai banyak kritik tapi juga tidak sedikit yang suka. Dijadwalkan muncul tahun 2010.


The Grudge 3. Versi Hollywood film horor Jepang Ju-On. Tunggu dulu... Ju-On sampe sekuel ketiga juga ya? Tunggu saja munculnya tahun depan.


Ice Age 3. Jadwal rilis 1 Juli 2009. Mungkinkah akan selucu Ice Age 1 dan 2?


Ghost Rider 2. Karena film pertamanya cukup laku di luar perkiraan, sekuelnya dijadwalkan muncul antara 2009 - 2010.


The Thomas Crown Affair 2. Dalam proses shooting. Sutradaranya Paul Verhoeven. Pierce Brosnan tetep jadi Thomas Crown. Film pertamanya dibuat tahun 1999, lama banget ya?


The Untouchables: Capone Rising. Ini lebih lama lagi. Brian de Palma membuat The Untouchables tahun 1987. Capone Rising diset sebagai prequel dari film tersebut, sutradara tetap Brian de Palma. Paling cepat film ini muncul tahun 2010.


Pink Panther 2. Masih dengan Steve Martin. Jadwalnya 13 Februari 2009. Supaya Valentine tambah pink.


Jurassic Park 4. Akhirnya ada variasi yang bisa ditambahkan di pemutaran ulang Jurassic Park yang biasa dilakukan stasiun TV swasta di musim liburan. Laura Dern main di seri ke 4 ini, jadwal rilis tahun depan!


Scary Movie 5/ Saw 5. Astaga, kok jadi kayak sinetron Tersanjung? Kali ini apa lagi variasinya? Paling telat pertengahan tahun 2009 sudah muncul.


Rambo 5. Sylvester Stallone berburu dengan waktu, mungkin dengan bantuan pisau bedah dan botox. Lionsgate sudah menyetujui produksinya. Paling lambat film ini keluar tahun 2010. Ada yang nonton Rambo 4?


Cliffhanger 2: The Dam. Yang ini masih berupa rumor. Tapi kalau jadi dan betul Stallone akan bermain lagi di dalamnya, bisa jadi ada yang akan tertarik membuat Demolition Man 2.


The Ring 3. Di Jepang sih yang ada Ringu 0. Sutradara versi Hollywoodnya kali ini adalah Hideo Nakata. Mungkin muncul tahun depan. Sisterhood of the Travelling Pants 2. Lebih dekat dari perkiraan, akhir tahun ini mungkin sudah muncul.


Superman: Man of Steel. Sutradara masih Bryan Singer, kemungkinan besar masih dibintangi Brandon Routh. Jadwal kemunculan belum dipastikan.


The Fast and the Furious 4. Menampilkan kembali Paul Walker dan Vin Diesel. Jadwal kemunculan 5 Juni 2009.


Underworld 3: The Rise of the Lycan. Kali ini tidak ada Kate Beckinsale dan tidak disutradarai Len Wiseman. Hmm.


Point Break 2. Yang pertama dibintangi Patrick Swayze dan Keanu Reeves, disutradari Kathryn Bigelow. Sekuelnya disutradarai Peter Illiff yang dulu menulis naskah film pertama. Kali ini tidak ada Swayze ataupun Reeves. Paling lambat muncul 2010.


Inside Man 2. Kemungkinan muncul tahun 2010, apakah karya Spike Lee ini akan semenegangkan film pertamanya?


Little Fockers. Kalau kamu suka Meet the Parents / Meet the Fockers, tunggu film ini muncul tahun depan.


Night at the Museum 2. Tanggal kemunculan belum jelas tapi sudah dalam proses pra-produksi.


Street Fighter: The Legend of Chun-Li.. Oh yeah! Sutradaranya adalah Andrzej Bartkowiak yang membuat Doom. Aktor yang masuk daftar pemeran antara lain: Chris Klein dan Michael Clarke Duncan. Terdengar sangat menjanjikan. Konon akan muncul paling lambat akhir tahun depan.


Spawn 2 . Baru gosip tapi penulis skenarionya dipastikan Todd McFarlane. Tanggal muncul belum jelas.

Kebangkitan Waralaba

Franchise cerita film bagaikan air mancur kehidupan yang tak pernah surut. Setelah bangkitnya kembali Indiana Jones dari kubur kuno penuh harta karun, kini giliran franchise yang lebih kuno lagi untuk dibangkitkan: Flash Gordon.
Fiksi Ilmiah yang keluar tahun 1930 dengan bentuk komik strip ini memang pernah dibuat filmnya tahun 1980, tapi gagal total. Tapi Columbia Pictures kabarnya sedang berusaha menghidupkan kembali Flash Gordon dalam waktu dekat. Sejauh ini, belum ada nama bintang yang digandeng untuk memerankan Flash Gordon, atau Ming the Merciless.

Mungkin dari Indonesia, Deddy Corbuzier bisa ikut audisi jadi Ming.
Masih tentang pembangkitan kembali film franchise, Terminator akan dibuatkan sekuel baru.
Terminator 3: Rise of the Machines memang tidak sesukses dua pendahulunya karena campuran berbagai macam sebab: jeda waktu antara film kedua dan ketiga, serta usia sang Governator Arnold Swarchzeneger. Tapi, Halcyon mengumumkan di Cannes pekan lalu, Christian Bale sudah mulai shooting film Terminator Salvation: The Future Begins, dan jadwal rilisnya pun tak sejauh dugaan: Mei 2009!

Sutradara untuk film Terminator Salvation: The Future Begins adalah McG yang terkenal menyutradari "Charlie's Angels". Sementara Christian Bale yang telah membintangi dua film Batman, dipastikan sudah menandatangani kontrak untuk 3 film Terminator. Belum dipastikan apakah sang Governator masih akan muncul di ketiga film ini atau tidak.
Melirik kembali ke negeri sendiri : Akankah ada Nagabonar 3 atau sekuel dari Kejarlah Daku Kau Kutangkap dan Keluarga Markum?

Bangga Tetapi Gelisah

Tahun ini Indonesia membuka dua stand di Marché Du Film di festival Cannes. Satu stand Pojok Indonesia yang dibiayai oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. Dan keluarga Punjabi datang mengawal booth MD Pictures yang letaknya tak jauh dari Pojok Indonesia.


Pojok Indonesia menjual 21 film, booth MD 8 film produksinya. Jadi secara keseluruhan ada 28 film Indonesia dijual di pasar Cannes. Film-film ini antara lain Ayat-Ayat Cinta, Nagabonar Jadi 2, Mereka Bilang Saya Monyet, Love is Cinta, Lost in Love, Get Married, Kala, Hantu Stasiun Manggarai, Hantu Ambulance, 40 Hari Bangkitnya Pocong, Heart, dan Selamanya. Selain itu ada juga film yang dibawa produser independen semacam Shanty Harmayn yang membawa sendiri filmnya The Photograph.


Yang lebih spektakuler adalah iklan film Ayat-Ayat Cinta yang muncul di majalah Variety, Screen selain posternya yang nampak di sana-sini di Cannes. Dalam iklan majalah itu gambar poster AAC ditemani kalimat "A Beautifully Portrayed Islamic Love Story, Highest Grossing Film In Indonesian Cinema History", dan "The No.1 Hit Movie That Broke All Time Records."
Semua ini membuat muncul perasaan campur aduk dalam dada, gelisah di bawah bayang-bayang hebohnya kampanye peringatan satu abad hari Kebangkitan Nasional.
Lalu tadi pagi saya menemukan ini dan entah kenapa rasanya jadi gembira dan sangat bersemangat.

Film Olahraga Indonesia

Saya baru benar-benar sadar tadi malam, Indonesia belum pernah punya film bagus yang benar-benar didedikasikan untuk olahraga. Paling-paling yang diingat orang adalah Gadis Maraton-nya Yenny Rahman. Itu pun film jaman urdu, yang tidak dikenal generasi jaman sekarang. Kadang-kadang atlet terkenal jadi cameo dalam film (atau bikin album pop macam Hastomo Arbi di tahun 80'an) tapi filmnya bukan film olahraga (dan lagunya Hastomo Arbi juga bukan lagu olahraga).

Hollywood punya banyak film yang bertema olahraga: Space Jam, Any Given Sunday, Mighty Ducks yang dibuat hingga trilogi, Ali, Million Dolar Baby, Rocky yang dibuat sampai entah IV atau V, Jerry Maguire, Remember the Titans, Fever Pitch, hingga Maradona the Hand of God yang akan diputar di blitzmegaplex tanggal 28 Mei ini.

Film-film sport Holywood tersebut menggarap tema yang cukup luas mulai dari cinta, drama, komedi, sampai dengan biopic alias film yang mengisahkan tentang satu legenda olahraga. Dan film-film ini diminati oleh penonton Internasional termasuk hingga di Indonesia.

Saya mencari-cari jawaban kenapa tema Olahraga di Indonesia tidak menarik para pembesar perfilman untuk diolah menjadi mesin uang (baca: film laku). Padahal, sebetulnya dari pangsa pasar Indonesia cukupBangsa ini suka olahraga. Lihat saja stadion olahraga yang penuh dengan pendukung saat tim nasional berlaga. Dengarkan saja lagu Badminton yang liriknya "Badminton di mana-man, di Kampung dan di Kota."

Atlet-atlet Indonesia juga banyak kok yang membanggakan. Banyak yang kehidupannya dramatis, dan romantis juga ada, misalnya Susi Susanti dan Alan Budikusuma, Chrisjon dan istrinya yang atlet Wushu itu. Bisa juga membahas soal tim bola Indonesia yang tertampar berkali-kali... tapi mungkin yang ini harus tunggu sampai timnas kita menang baru bisa dibikin film dengan semangat patriotisme tinggi ya.

Film dokumenter the Jak dan The Conductor bisa juga dipandang sebagai pembuka mata bahwa sebetulnya olahraga itu sudah demikian mendarah daging dalam diri penduduk negara Republik Indonesia ini, sehingga akan selalu ada ketertarikan untuk mengapresiasi film bertema olahraga.
Ini dia yang menurut saya harus segera dibuat filmnya: Biopic Ellyas Pical!

SUMMERFEST GEMPITA!

Pesta penutupan Summerfest yang telah berlangsung sepanjang bulan Mei dilangsungkan Sabtu kemarin, 31 Mei 2008 mulai dari pukul 15:00 hingga selesainya lewat tengah malam. Summerfest ini diadakan untuk merayakan ulang tahun pertama blitzmegaplex Grand Indonesia, Jakarta.
Suasana pesta merayakan musim panas, musim liburan, sudah terasa begitu menginjakkan kaki ke lantai 8 West Mall Grand Indonesia. Semua staff blitz mengenakan baju bertema "Summerfest", menyambut ramah para pengunjung yang datang ke blitzmegaplex Grand Indonesia.

MC Andari dan Cesar dari Prambors FM memandu acara pesta SUmmerfest dengan meriah, mengajak penonton berinteraksi dan juga membagikan hadiah heboh melalui kuis-kuis dan permainan yang seru!

Sementara itu, stand ramal Tarot di dekat eskalator tidak pernah tampak sepi. Beberapa orang mengantri untuk membuat tato temporer di stand sebelahnya, dan ada yang tidak sabar untuk dipercantik oleh make-up artist dari Shu Uemura. Setelah bermake up cantik, bisa langsung ke stand nailpolish buat mempercantik kuku. Lumayan banget, make-over lengkap buat nge-date malam minggu, nonton di blitz atau nongkrong di blitzCafe.

Ada apa di blitzCafe? Live music! Sepanjang pesta tak henti-hentinya pengunjung blitzmegaplex Grand Indonesia mendapatkan hiburan pertunjukan musik dari band-band Digital Beat Collection, dan juga bintang-bintang istimewa yang diundang untuk memeriahkan acara ini: Cindy Bernadette yang tampil memukau ditemani penari-penarinya yang enerjik, Band Cosmics yang membuai penonton, dan Seurieus band yang tanpa basa-basi panjang segera memanaskan suasana malam minggu di blitzCafe.

Ada juga fashion show koleksi baju Roxy dan juga Merchandise blitzmegaplex yang keren-keren dengan diperagakan model L-Men.

Kejutan yang paling heboh adalah penampilan duet istimewa, hadiah dari blitzers: Paris dan Pressly, yang disambut dengan hangat oleh para pengunjung blitzmegaplex. Benar-benar tidak ada duanya! Paris dan Pressly muncul lagi di akhir acara, menemani aksi DJ Derry mengajak penonton berjojing ceria.

Pesta hadiah merayakan ulang tahun pertama blitzmegaplex Grand Indonesia, di setiap akhir pekan selama bulan Mei ini blitz telah memberikan berbagai hadiah kepada penonton dengan undian acak. Kapan lagi coba, nonton film dan dapat hadiah langsung?
Berikut adalah nama-nama pemenangnya di pekan terakhir bulan Mei kemarin.
Jumat 30 Mei 2008
Audi 2, 19:15 “Indiana Jones“, Deasy di F-22 memenangkan 1 MP3 player Samsung 1GB.
Sabtu 31 Mei 2008
Audi 1, 17:45 “Indiana Jones“, Pascal Sabatini di Satin Class C-12 memenangkan HP Nokia 2610.
Audi 2, 22:00 “Indiana Jones“, Harkim di G-8, memenangkan 1 voucher Raja Kamar
Selamat buat mereka yang beruntung!

Kejutan dari blitzmegaplex?

Buat kamu yang suka nulis blog, suka nonton film, dan sering nonton di blitzmegaplex... ada kabar menarik buat kalian.

Sebentar lagi blitzmegaplex.com akan membuat kompetisi berhadiah menarik.
Hmm...

Tunggu saja kabar selanjutnya!

Telkomsel Priority Bitzbuster Passport

Telkomsel Priority Blitzbuster Passport adalah movie passport yang berisi 5 voucher nonton yang dapat digunakan di seluruh lokasi blitzmegaplex.

Dengan passport ini kamu bisa hemat hingga 40% untuk nonton dan juga berhak ikutan kontes memenangkan berbagai hadiah menarik: handphone, merchandise... hingga hadiah utama NONTON SEPUASNYA SELAMA 3 BULAN!

Wah, di mana bisa dapetnya ya?
Telkomsel Priority Bitzbuster Passport akan diluncurkan tanggal 14 Juni ini di blitzmegaplex Grand Indonesia.
Tetap ikuti perkembangannya!